Senin, 07 November 2011

NU dan DETASEMEN 99

Sejak terpilihnya Said Aqil Sirajd sebagai ketua umum tanfidziah, NU mulai mblasur. Mereka lebih memilih tokoh yang liberal dan sangat menentang paham ahlussunnah dalam setiap tulisan dan ucapannya. Aqidah NU yang mengaku ahlussunnah wal jama’ah mulai disisipi paham-paham liberal.

Lihatlah ! bagaimana Said Aqil Sirajd memberikan sebuah pengantar pada buku menyesatkan dengan judul “SEJARAH BERDARAH SEKTE SALAFI WAHABI”. Ia dukung pemikiran liberal dan sebaliknya menghantam pemikiran-pemikiran yang dianggap dia wahabi, padahal ia mendapat gelar doktoral dari sekolah wahabi, yaitu Ummul quro.
Dan masih banyak lagi bukti tentang permusuhan Said aqil sirajd terhadap islam. Ujung-ujungnya adalah memerangi syari’at dan para penegak syari’at tersebut walau dengan dalih deradikalisasi.


Munculnya detasemen 99 pada tubuh NU

Pada 24 April 2011 gerakan Pemuda Ansor membentuk Barisan Serba Guna Detasemen Khusus 99 sebagai salah satu upaya untuk merevitalisasi dan mentransformasi Banser guna membantu kepolisian dalam pencegahan deradikalisasi agama yang seringkali terjadi.

“Detasemen ini disiapkan khusus untuk menghadapi kelompok garis keras yang merongrong akidah ‘ahli sunnah wal jamaah’ dan NKRI. Densus ini basisnya di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat,” kata Ketua Umum GP Ansor Nusron Wahid dalam sambutannya di Upacara Apel Banser dan memperingati Harlah Ke-77 GP Ansor di Lapangan Parkir Timur Senayan, Jakarta, Ahad (17/7).

Banser Densus 99 yang dibentuk pada 24 April 2011 bertujuan untuk memberikan pencegahan dan edukasi kepada umat agar tidak terprovokasi atas kelompok yang ingin membubarkan NKRI, merusak pancasila dan UUD 1945.

Ia menilai ancaman terhadap deradikalisasi agama masih akan terus terjadi, sehingga GP Ansor ikut serta membantu untuk melakukan pencegahan. Densus itu memiliki 204 personel dan mempunyai kemampuan bela diri serta mempu menjinakkan bom. [ www.republika.co.id].

Ini adalah tantangan baru bagi para penegak syari’at. Yaitu adanya ormas yang menyatakan sebagai oramas Islam, mengaku ahlussunnah waljama’ah, dan termasuk ormas terbesar di tanah air ini menjadi pendukung musuh islam dalam perang melawan islam.

Tidak tahukah mereka bahwa derasikalisasi dan perang melawan terorisme yang digembar gemborkan oleh barat dan antek-anteknya adalah perang melawan islam. Karena mereka menamakan setiap orang yang berkeinginan menegakkan kembali syari’at islam di bumi sebagai teroris.

Deradikalisasi yang hari ini diusung oleh polisi dengan BNPT dan para tokoh islam sebenarnya adalah dejihadisasi. Yaitu usaha bagaimana membungkam suara jihad untuk didengar oleh ummat. Program yang dipelopori oleh islam liberal ini telah merambah ke tubuh NU, karena memang pimpinan tanfidziahnya termasuk diantara para petinggi islam liberal. Tetapi kita tetap optimis bahwa kajayaan islam tidak akan surut dengan berbagai penghalang yang ada. Islam pasti akan berjaya dengan diterapkannya syari’at islam di indonesia. [ Amru ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar